Selasa, 17 Januari 2012

Kembangkan Teknik Perawatan Luka, Cegah Amputasi

Wawancara dengan Megah Andriany, S.Kp, M.Kep., Sp.Kom Manajer Olisticio Semarang



1. Salah satu hal yang banyak ditakutkan orang adalah saat luka yang mereka derita sulit untuk sembuh sementara tindakan medis yang populer dipilih oleh dokter adalah amputasi?

Amputasi biasanya dilakukan untuk beberapa indikasi. Pada penderita diabetes yang sudah mengalami kematian jaringan, biasanya memang divonis amputasi untuk menghindari perluasan kerusakan jaringan. Hal ini bisa terjadi apabila teknik perawatan luka yang diberikan kurang tepat. Jadi mungkin solusi yang terbaik pada kondisi itu adalah amputasi. Tapi sekarang dengan adanya teknik perawatan luka yang modern, hal ini dapat diminimalkan.

Amputasi memang harus dilakukan bila kerusakan jaringannya adalah bagian tulang (biasanya berwarna hitam), hal ini dilakukan karena
memang sudah tidak ada harapan. Namun, bila jaringan tulang masih baik, Insya Allah masih bisa diselamatkan dengan perawatan luka yang baik dan benar.

Setelah amputasi biasanya muncul masalah lain terutama psikologis pasien. Pasien menjadi hopeless, bahkan ada yang sampai tidak mau makan sehingga kondisi drop sampai meninggal. Jadi untuk memutuskan amputasi atau tidak harus benar-benar dengan banyak pertimbangan. Amputasi sebaiknya sebagai alternatif terakhir apabila jaringan benar-benar tidak dapat diselamatkan. Bila seorang pasien didiagnosis amputasi, sebaiknya bisa dikonsulkan dulu ke beberapa dokter spesialis bedah ortopedi dan perawat spesialis luka agar pasien dan keluarga mendapat informasi yang sejelas-jelasnya. Ini sebagai bahan pertimbangan untuk dapat mengambil keputusan yang tepat karena semua keputusan ada di tangan pasien dan keluarganya.

2. Apa perbedaan prinsip antara dokter dan perawat dalam hal penanganan luka kronis?

Sebenarnya prinsipnya sama. Cuma ada beberapa perubahan prinsip perawatan luka. Dulu, tenaga kesehatan berpikir konsep kering. Jadi luka dibiarkan mengering. Sampai saat ini, banyak tenaga kesehatan yang belum meng-up date penemuan terbaru tentang konsep moist.

Mungkin konteks di sini adalah kewenangan profesi. Dokter mempunyai kewenangan untuk membuat luka dengan cara pembedahan. Sedang perawat dengan spesialisasi perawatan luka berkompeten untuk melakukan perawatan luka. Saat ini, perawatan luka sudah menjadi spesialisasi tersendiri dalam keperawatan. Sebaiknya ada kolaborasi yang harmonis antara dua profesi ini.

3. Apa tujuan anda bersama PKPU mengkampanyekan program perawatan luka?

Luka, terutama luka kronik, merupakan masalah yang cukup serius yang telah menghabiskan dana cukup besar. Prof. David menerangkan bahwa berdasar literatur pada 1994 di Amerika Serikat, penanganan luka kronik menghabiskan dana sebesar $ 2,5 milyar USD-$ 3,5 milyar USD. Selain itu, dampak lain dari luka kronik adalah secara sosial mengurangi kapasitas pekerjaan sehingga 10 juta jam kerja terbuang per tahun. Jadi, ada dampak ekonomisnya juga.

Jumlah penderita luka kronis terus meningkat tiap tahun seiring dengan peningkatan jumlah lansia karena lansia cenderung menderita penyakit kronis. Luka kronis adalah luka yang membutuhkan waktu lama contoh luka pada penderita diabetes, luka tekan pada penderita stroke yang imobilisasi, luka kanker, osteomielitis, dsb. Kasus luka lain yang juga perlu mendapatkan perhatian khusus misalnya kasus luka bakar.
Angka kejadian luka juga terus meningkat seiring dengan peningkatan kejadian kecelakaan, kerusuhan, kebakaran, dan bencana alam seperti gempa di Indonesia. Catatan kecelakaan lalu lintas selama mudik tahun 2004, di jalur utama selatan Jawa Barat yang melintasi wilayah Kabupaten Garut terbukti cukup rawan terjadi kecelakaan. Hanya dalam selang waktu satu setengah minggu ini, terjadi 45 peristiwa kecelakaan lalu lintas. Selain itu data bencana gempa bumi di Yogyakarta per 31 Mei 2006 pukul 10.00 tercatat sebanyak 8.686 luka berat, 541 luka sedang dan 6457 luka ringan. Dari data yang diperoleh menunjukkan tingginya angka kejadian luka terkontaminasi baik yang disebabkan kecelakaan transportasi, kecelakaan kerja ataupun karena bencana alam (Data kompilasi satkorlak daerah, media center menko kesra, 2006).

Kondisi-kondisi tersebut perlu mendapat perhatian khusus agar komplikasi akibat luka yang tidak sembuh dapat diminimalkan.

4. Sejak kapan anda dan tim Olisticio mulai fokus menangani pasien-pasien luka?

Tim Olisticio sudah bergerak dalam bidang perawatan luka sejak 2 tahun yang lalu. Sejak ada program magang perawatan luka bagi mahasiswa PSIK FK UNDIP dan AKPER ASIH HUSADA. Dengan adanya update informasi terbaru, semakin terbuka peluang bagi perawat spesialis perawatan luka untuk berkiprah dalam mengatasi masalah yanga ada.

5. Faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya luka?

Penyebab luka, sudah saya jelaskan di atas. Khusus bagi penderita DM, perlu mendapat perhatian ekstra karena luka berawal dari luka sangat kecil, misalnya cara memotong kuku yang salah, digigit tikus, tergesek alas kaki yang berbahan keras, atau tersandung. Karena luka pada DM susah disembuhkan, biasanya cepat sekali lukanya menjadi parah. Pasien dan keluarga umumnya menganggap remeh luka yang kecil tersebut. Apalagi pada pasien DM biasanya mengalami gangguan sensasi jadi tidak merasakan sakit pada bagian tubuh yang luka. Sebaiknya cepat dirujuk ke perawat spesialis perawatan luka sebelum menjadi parah.

6. Faktor apa saja yang dapat menghambat proses penyembuhan luka?

Usia lansia, penyakit penyerta (seperti DM dan kanker), gangguan pembuluh darah, kurang nutrisi, kegemukan, gangguan sensasi/ pergerakan, depresi, gangguan mobilisasi, terapi radiasi dan obat yang menghambat proses penyembuhan luka. Gaya hidup merokok juga berpengaruh pada faktor-faktor tersebut karena berdampak pada gangguan vaskuler. Faktor lainnya adalah faktor lokal luka meliputi kelembaban luka yang kurang, perawatan luka yang tidak adekuat, suhu luka, takanan/ gesekan pada luka, benda asing dan infeksi.

7. Siapa sajakah yang rentan terhadap jenis luka akut? / orang dengan latar belakang seperti apa yang rentan terhadap luka kronis?
Penderita dengan DM, kanker, gangguan vaskuler, lansia, dan pasien luka akut dengan perawatan luka yang kurang optimal sering kali berakhir dengan luka kronis. Selain itu, penderita stroke juga sangat berpotensi mengalami luka tekan di bagian penonjolan-penonjolan tulang.

8. Secara teknik dan teknologi, bagaimana sebenarnya metode perawatan luka yang anda kembangkan?

Pada prinsipnya proses penyembuhan bisa berjalan optimal pada kondisi moist (lembab). Konsep lembab dikenalkan pada tahun 1962 oleh George Winter. Kondisi lembab mendukung proses penyembuhan luka dengan mengurangi pembentukan jaringan parut, meningkatkan produksi faktor pertumbuhan, mengaktivasi protease permukaan luka untuk mengangkat jaringan mati, meningkatkan kecepatan angiogenesis dan proliferasi fibroblast, serta meningkatkan proliferasi dan migrasi epitel.
Proses penyembuhan ditentukan oleh persiapan dasar luka agar berwarna merah segar. Jadi bila berwarna hitam atau kuning, kita angkat jaringan mati tersebut dengan metode debridement agar menjadi warna merah segar. Pada kondisi ini, jaringan dapat ditumbuhkan sehingga proses penyembuhan bisa berjalan optimal.

Untuk pemilihan topical therapy dapat menggunakan produk perawatan luka modern atau bahan alami. Madu termasuk salah satu bahan topical therapy alami yang sangat efektif juga untuk perawatan luka.

Dengan teknik perawatan luka modern, balutan luka tidak perlu diganti setiap hari. Balutan dapat diganti 3-7 hari sekali.

Perawatan luka tidak hanya difokuskan pada luka, namun perawatan secara komprehensif sehingga kita menyebutnya manajemen perawatan luka. Perawat juga harus memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi penyembuhan luka di atas. Misalnya membantu pasien mengubah perilaku merokok, membantu manajemen diet dan manajemen stres pasien agar gula darah bisa terkontrol. 

9. Bagaimanakah perkembangan teknologi dan teknik perawatan luka di Indonesia?

Saat ini, sudah sangat berkembang karena sudah ada perkumpulan perawatan luka Indonesia (Indonesian Wound Care Clinician Association) yang selalu berkomunikasi dan bertukar informasi secara intensif. Beberapa rumah sakit sudah mengembangkan manajemen perawatan luka secara komprehensif. Klinik perawatan luka pertama kali ada di RS Kanker Dharmais dan terus dikembangkan di berbagai RS. Misalnya RSUD Cianjur, sudah mempunyai klinik perawatan luka dengan lokasi dikelilingi klinik bedah, penyakit dalam, dan vaskuler. Jadi kolaborasi berjalan dengan baik. Dokter dan perawat saling merujuk.

Selain berkembangnya produk-produk perawatan luka, secara teknologi sudah mulai banyak metode yang digunakan di Indonesia seperti penggunaan sinar infra red, prinsip negative pressure, hydration response technology. Perawat-perawat spesialis perawatan luka juga sedang berusaha mengeksplore kekayaan alam Indonesia. Misalnya penggunaan rebusan daun jambu biji yang mengandung antiseptik, lidah buaya dan nanas untuk mempertahankan kondisi moist, getah pepaya untuk luka dengan kalus, dan sebagainya.

10. Berapa biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk menangani seorang pasien?

Total biaya bervariasi tergantung tingkat keparahan pasien. Rata-rata sekitar 1-3 juta rupiah dengan lama perawatan sekitar 2-4 bulan. Biaya tersebut tergolong sangat murah dibanding pasien harus dirawat terus menerus di RS. Biaya juga dapat diminimalkan misal pada pasien kurang mampu, kita bisa siasati dengan topical therapy dengan harga terjangkau. Untuk luka bakar bisa disembuhkan dalam waktu 2-3 minggu saja.

11. Berapa pasien yang sudah anda tangani dan bagaimana perkembangan kesembuhan lukanya?

Sudah 19 orang pasien. 7 pasien sudah sembuh total sedang yang lainnya dalam proses penyembuhan. Alhamdulillah semua pasien mengarah pada progress penyembuhan yang baik walau kecepatan proses penyembuhan berbeda-beda. Tergantung faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut di atas. Tidak ada yang menurun proses penyembuhannya. Namun ada beberapa pasien yang sudah merasa membaik penyembuhan lukanya, namun terus menghentikan perawatan ingin dirawat sendiri atau dengan obat alternatif. Hasilnya ada yang tidak menutup-menutup lukanya ada juga yang menjadi parah lagi.
12. Apa harapan anda bekerjasama dengan PKPU dalam mengembangkan program ini?

Saya melihat PKPU sebagai mitra yang sangat potensial untuk bersinergi mengembangkan program yang sangat prospektif ini. Alhamdulillah dengan beberapa kali pertemuan untuk sharing, Olisticio dan PKPU sudah menyamakan persepsi tentang pelayanan yang ada. Saya berharap klinik ini akan terus berkembang dengan menambah pelayanan-pelayanan yang seiring sejalan dengan perawatan luka misalnya perawatan pencegahan luka pada pasien-pasien stroke atau klinik diabetes. Bila program ini bisa berjalan dengan baik, insya Allah juga bisa menjadi lahan praktik yang ideal bagi mahasiswa keperawatan yang ingin belajar tentang perawatan luka dengan teknik modern mengingat masih terbatasnya lahan praktik klinik pada area ini yang tidak sebanding dengan perkembangan jumlah mahasiswa keperawatan. Selain penambahan program, saya berharap jejaring kerjasama dapat diperluas dengan beberapa mitra seperti rumah sakit, praktik dokter, bidan, laboratorium klinik, maupun asuransi pemerintah dan swasta untuk membantu aspek pembiayaan.

(Rep; Fatih AbAz)

Untuk Informasi lebih lanjut hubungi PKPU Semarang 024.70787578/ 024.7477405 kantor : Jl.Setiabudi No.70 Semarang

0 komentar:

Posting Komentar